Wednesday, January 13, 2010

Sedikit Torehan untuk minuman favorit


Selama ini teh hijau dipercaya mampu mengurangi serangan koroner,
stroke, diabetes, darah tinggi, dan kanker hati menjadi penyakit
yang menakutkan bagi setiap orang.
Sehingga banyak produsen teh berlomba-lomba mengeluarkan
produk minuman teh hijau kemasan yang lebih praktis.
Tetapi benarkan hanya teh hijau yang berkhasiat seperti itu?

Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB)
Prof Dr Ali Khomsan MS dan ahli kesehatan jantung Dr Mohammad Taufik Spj
dalam sebuah diskusi tentang teh, di Bogor, belum lama ini mengemukakan,
teh hitam (black tea) juga berkhasiat sama seperti teh hijau karena kandungan
radikal bebas yang terkandung di dalamnya.

"Memang benar teh hitam mempunyai manfaat seperti menurunkan risiko kanker,
mencegah jantung koroner, mencegah penuaan, dan juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah,"
kata Prof Dr Ali Khomsan.

Prof Ali menjelaskan, dari berbagai referensi,
diketahui bahwa teh hitam yang selama ini dikonsumsi
masyarakat kita cukup banyak mengandung komponen senyawa yang baik bagi tubuh.
Utamanya adalah antioksidan serta Theaflavin cukup tinggi.
Senyawa itulah yang mempunyai efek dapat mengurangi risiko-risiko penyakit
seperti kanker dan mencegah jantung koroner.
"Teh hitam atau black tea itu dibuat dari pucuk daun teh segar yang dibiarkan menjadi
layu sebelum digulung, kemudian dipanaskan dan dikeringkan.
Teh hitam disebut juga teh fermentasi" tutur Ali Khomsan.

Salah seorang pakar kesehatan jantung dari Kota Hujan Bogor,
Dr H Mohammad Taufik SpJ mendukung pendapat Prof Dr Ali Khomsan yang menyebutkan teh hitam
bermanfaat untuk mengurangi penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan stroke.

Sayangnya, menurut Taufik, manfaat yang terkandung dalam meminum teh hitam
belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi maupun publikasi dari berbagai
penelitian tentang manfaat black tea bagi kesehatan.

Beberapa waktu lalu, Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita Jakarta (RSJHK) juga memaparkan hasil
penelitiannya dalam talkshow dengan tema "Efek Teh Hitam dalam Mencegah dan Mengatasi
Risiko Penyakit Jantung Koroner" di aula RSJHK Jakarta.
Menurut hasil penelitian tersebut, Katekin dalam teh hitam,
senyawa yang disebut-sebut sebagai aktor yang mampu melawan
penyakit degeneratif adalah senyawa Theaflavin.

Senyawa Theaflavin merupakan antioksidan, anti kanker, anti mutagenik,
antidiabetes dan anti penyakit lainnya.
Senyawa Theaflavin dalam Teh hitam jumlahnya cukup signifikan.

Secara sederhana, antioksidan dinyatakan sebagai senyawa
yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi.
Berdasarkan sumbernya, anti oksidan dapat dibagi menjadi
antioksidan alami dan sintetis.

Theaflavin merupakan antioksidan alami yang sangat potensial.
Kemampuannya sebagai penangkap radikal bebas sudah tidak dapat
dipungkiri lagi kesahihannya.
Kemampuan theaflavin sebagai antioksidan ternyata tidak cukup sampai di situ.

Aktivitasnya sebagai antioksidan dalam menghambat oksidasi low density lippoprotein (LDL)
ternyata menunjukkan hal yang menakjubkan.
Dalam seduhan teh hitam, theaflavin memberikan warna merah kekuningan.

Sementara itu thearubigin dan theanapthoquinone masing-masing memberi warna merah kecoklatan dan kuning pekat.
Untuk hal rasa, bersama-sama kafein, theaflavin yang ada dalam teh hitam memberikan rasa segar

Penelitian di Belanda menyimpulkan bahwa kebiasaan minum teh hitam
dapat mencegah penimbunan kolesterol pada pembuluh darah arteri,
terutama pada wanita. Minum teh hitam satu sampai dua cangkir
mampu menekan penimbunan kolesterol hingga 46 persen dan jika minum 4 cangkir dapat mencapai 69 persen.

Hal tersebut ditunjang oleh hasil penelitian di Amerika Serikat
yang menunjukkan serangan jantung berkurang 40 persen pada orang-orang yang membiasakan minum teh hitam.

Teh hitam juga menunjukkan kemampuan yang meyakinkan sebagai
sumber bahan pangan alami bagi para penderita diabetes,
terutama dalam kapasitasnya menaikkan aktivitas insulin.

Penelitian yang dilakukan Departemen Pertanian Amerika Serikat
yang telah dipublikasikan dalam Journal Agric Food Chem 2002,
menunjukkan kemampuan teh hitam meningkatkan aktifitas insulin
melebihi dari teh hijau maupun teh Oolong.

Menurut Mohammad Taufik, biasanya, para ahli kesehatan
akan mempublikasikan hasil penelitiannya, setelah beberapa kali melakukan penelitian.
Bila hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang sama, baru penelitian tersebut dipublikasikan.
Namun bila baru satu kali penelitian, hasilnya belum akan dipublikasikan.

"Kalau penelitian itu baru sekali kami lakukan tidak mungkin kami mempublikasikannya.
Biasanya penelitian yang telah dipublikasikan adalah penelitian yang telah berulang-ulang,"
ujar dokter sepesialis jantung ini.